Statistik pengunjung

Minggu, 22 September 2013

Hubungan Bilateral Indonesia-Iran

 Hubungan Bilateral Indonesia-Iran

 Latar Belakang

Layaknya seorang manusia, negara tidak dapat hidup sendiri. Negara membutuhkan negara lain dengan berbagai alasan dan tuntutan yang memaksa suatu negara diharuskan menjalin hubungan yang baik demi menjaga eksistensi, memenuhi kebutuhan masyarakat, menjaga keamanan dan lain sebagainya.  Begitu pula dengan Indonesia, Indonesia tidak dapat hidup sendiri dan membutuhkan negara lain. Untuk itulah Indonesia menjalin hubungan dengan negara lain, salah satunya Iran. (read more)
Menurut catatan sejarah, interaksi kedua bangsa telah terjalin semenjak abad ke 7 Masehi yaitu pada masa kerajaan Sriwijaya. Pada saat itu Persia dan Sriwijaya berhubungan baik dalam kerjasama perdagangan. Setelah sriwijaya runtuh, interaksi kedua bangsa ini memudar dan kemudian dibuka kembali pada tahun 1950 saat Sriwijaya telah menjadi Indonesia dan Persia telah menjadi Iran.[1] Interaksi kedua negara kembali terbuka saat Iran menjadi salah satu negara pertama yang mengakui kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 secara de facto. Kerjasama antar dua negara ini diperkukuh dengan penandatanganan Perjanjian Persahabatan pada 27 Mei 1961 antara Indonesia dan Iran.
Dengan kesamaan budaya yang didalamnya termaksud agama dan bahasa yang dimiliki maka tidak heran apabila Indonesia dan Iran terus mempererat hubungan bilateral yang sudah terjalin lama. Karena tidak dapat dipungkiri, kesamaan secara budaya dan agama mengakibatkan timbul rasa persaudaraan dan rasa saling membutuhkan untuk membentuk satu kekuatan sehingga dapat memperkokoh masing-masing negara dalam konteks globalisasi.
Lebih eratnya hubungan bilateral antara dua negara ini, akhirnya menimbulkan perkembangan kerjasama dalam berbagai sektor penting seperti politik, ekonomi, dan budaya serta dinamika yang terjadi. Untuk itulah penulis membuat makalah ini dengan maksud untuk mengkaji peningkatan kerjasama pada sisi politik, ekonomi, dan budaya yang timbul akibat hubungan bilateral kedua negara ini.

Rumusan Masalah

  1.       Bagaimana kerjasama Iran-Indonesia dalam bidang ekonomi, politik, dan budaya?
  2. .      Bagaimana dinamika hubungan Iran-Indonesia dalam bidang ekonomi, politik, dan budaya?

Tujuan Masalah

1.      Untuk mengetahui perkembangan kerjasama Iran-Indonesia dalam bidang ekonomi, politik, dan budaya.
2.      Untuk mengetahui dinamika yang terjadi dalam menjalin kerjasama Iran-Indonesia dalam bidang ekonomi, politik, dan budaya.



PEMBAHASAN

Bidang Politik

Hubungan bilateral Indonesia – Iran di bidang politik selama ini berkembang sangat cepat. Peningkatan Hubungan baik itu diantaranya ditandai dengan saling kunjung antara Kepala Negara/Pemerintahan, pejabat-pejabat tinggi lainnya, dan kalangan parlemen pers. Kedua negara juga saling memberikan dukungan dalam pencalonan pada jabatan atau keanggotaan organisasi internasional. Kedua negara juga aktif bekerjasama dalam berbagai organisasi seperti APA, PUIC, Fasped, GNB, G-77, OKI, G-15, dan D-8.
Untuk lebih mempererat kerjasama di bidang politik, pada tanggal 9 Mei 2003 di Tehran telah ditandatangani MoU mengenai pembentukan Komite Konsultasi bilateral di Bidang Politik yang dipimpin oleh pejabat setingkat Wakil Menlu (Dirjen). Forum ini adalah untuk meningkatkan kerjasama politik dan bertukar pikiran mengenai isu regional dan internasional. Namun pada dasarnya, Indonesia dan Iran memiliki banyak kesamaan pemikiran dalam berbagai isu internasional, terutama dukungan penuh atas kemerdekaan Palestina dari penjajahan Israel.
Pemerintah Iran berkali-kali memperlihatkan rasa simpatiknya secara terbuka atas masalah-masalah internal yang dialami indonesia seperti masalah gerakan separatis di Aceh dan Irian Jaya. Secara terbuka Pemerintah Iran secara terbuka menyatakan dukungannya kepada keutuhan integritas wilayah Indonesia. Begitupun dalam masalah pertikaian antar umat Islam dan Kristen di Maluku, Iran mendukung ketegasan sikap Indonesia untuk menyelesaikan sendiri masalah itu dan menolak intervensi asing.
Berkaitan dengan masalah terorisme, Iran dan Indonesia memiliki sikap dan pandangan yang sama. Selain sama-sama mengutuk serangan teroris terhadap AS pada tanggal 11 September 2001, kedua negara juga menghendaki agar kampanye melawan terorisme internasional dipimpin oleh PBB serta mendesak perlunya dicapai kesepakatan mengenai definisi terorisme.
Iran memandang Indonesia sebagai negara penting di kawasan, tidak saja karena penduduknya sebagian besar beragama Islam, tetapi juga karena peranannya yang menonjol di ASEAN, GNB, G-77, OKI, G-15, D-8, dll. Dalam lingkup regional, Iran Indonesia sebagai negara anggota penting di ASEAN dapat mendorong peningkatan Hubungan kedua organisasi regional itu. Selain itu, Iran juga telah meminta bantuan Indonesia agar dapat diterima sebagai mitra dialog ASEAN. yang menjadi anggota ECO mengharapkan agar Indonesia secara konsisten mengakui hak sah iran dan mendukung pengembangan teknologi nuklir Iran untuk tujuan damai. Dukungan tersebut ditegaskan baik oleh Presiden RI maupun Ketua DPR RI. Sebaliknya Iran telah mendukung pemilihan Indonesia sebagai Anggota Tidak Tetap DK PBB periode 2007 – 2008 yang telah diselenggarakan di New York tanggal 15 Oktober 2006.
Namun kerjasama yang terjalin tidak selalu berjalan baik. Hubungan antara Indonesia-Iran pernah mengalami kemunduran pada bulan Maret 2007. Pada saat itu, Pemerintah Republik Islam Iran merasa kecewa dengan keputusan yang diambil oleh Indonesia mendukung keputusan resolusi Dewan Keamanan PBB 1747, di mana Indonesia yang sebelumnya bersikap abstain, akhirnya menyetujui sanksi atas Iran terkait program nuklir negara itu. Duta Besar Republik Islam Iran untuk Indonesia Behrooz Kamalvandi menyatakan, negaranya semula berharap agar negara-negara anggota PBB dapat memberikan suara berdasarkan pada prinsip keadilan, terutama bagi negara yang menjadi sahabat Iran. Selain itu, Behrooz juga dengan tegas berkata “Kalau seorang musuh melempar batu akan menyebabkan luka tubuh, tetapi kalau batu itu dilemparkan sahabat, bukan hanya menimbulkan luka tubuh tapi juga luka hati, luka tubuh setelah beberapa hari bisa sembuh, tetapi kalau luka hati membutuhkan waktu yang lama untuk sembuh, ”
Kerenggangan hubungan dua negara pun terjadi sampai akhirnya dalam pemungutan suara Resolusi 1803 DK PBB tanggal 3 Maret 2008, Indonesia menjadi negara satu-satunya di antara 15 anggota Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa yang menyatakan tidak mendukung sanksi tambahan bagi Iran dengan menyatakan "abstain" saat pemungutan suara terhadap rancangan resolusi tentang Iran. Wakil Tetap RI untuk PBB, Duta Besar Marty Natalegawa, kembali menegaskan bahwa pada saat ini, tambahan sanksi terhadap Iran bukanlah jalan terbaik. Ia juga mengatakan bahwa situasi pada saat resolusi sebelumnya tentang pemberian sanksi terhadap Iran, yaitu Resolusi Nomor 1737 dan 1747, tidak sama dengan situasi saat ini, karena Indonesia melihat Iran sedang bekerja sama dengan badan pengawas atom PBB, IAEA sehingga Indonesia memilih untuk mendukung dilanjutkannya kerjasama antara Iran dengan IAEA tersebut.



 Bidang Ekonomi

Indonesia muncul sebagai kekuatan ekonomi baru di Asia dengan berbagai potensinya yang sangat besar. Saat ini banyak negara di dunia mulai memperhatikan Indonesia. Betapa tidak, di tengah rontoknya perekonomian berbagai negara besar, pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun lalu mampu bertengger di atas enam persen. Badan Pusat Statistik Indonesia (BPS) melaporkan pertumbuhan ekonomi Indonesia di 2012 tumbuh sebesar 6,23 persen. Merujuk pada laporan pertumbuhan ekonomi Indonesia, maka menjadi hal yang wajar apabila salah satu kantor berita pemerintah Iran ini menyebut Indonesia sebagai poros terpenting perekonomian Asia Tenggara. Oleh karena itu, tidak mengherankan bila dalam beberapa situs berita resmi Indonesia ditulis bahwa Iran mengajak Indonesia untuk menjalin kerjasama ekonomi yang lebih erat.
Iran menuturkan bahwa kesamaan agama dimana Indonesia adalah negara dengan penduduk Islam terbesar di dunia dan Iran adalah negara Republik Islam, maka mereka berdua dapat menjadi satu kekuatan besar dalam perekonomian global. Pernyataan ini ini disambut baik oleh Indonesia. Hal ini terbukti dari penandatanganan lima MoU (Memorandum of Understanding) yang salah satunya adalah agreement on cooperation between Indonesia Chamber of Commerce and Industry dengan ICCIM yang dilakukan oleh Presiden Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono dan Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad.
Penandatanganan MoU memang sangatlah tepat melihat kedua negara memiliki potensi dan kapasitas yang saling membutuhkan dan melengkapi. Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang tinggi dengan populasi yang besar jelas membutuhkan pasokan bahan bakar energi yang tinggi pula. Iran sebagai salah satu produsen minyak dan gas terbesar di dunia bisa mengisinya. Sementara Indonesia sendiri memiliki komoditas yang dibutuhkan Iran seperti karet, kelapa sawit, kertas, kayu , teh, kopi, coklat dan lainnya. Selain itu, Indonesia sedang melakukan banyak pembangunan dalam bidang infrastruktur membutuhkan investasi yang sangat banyak dan Iran menjadi pilihan yang sangat tepat karena Iran dalam hal ini merupakan negara yang cukup maju di bidang infrastrukturnya sehingga dengan adanyanya kerjasama ini maka Indonesia dapat mendorong komunitas bisnis Iran untuk menanam investasi di bidang infrastruktur.
Peningkatan hubungan kerjasama ekonomi terus terjadi seiring berjalannya waktu. Menurut data Kementerian Perdagangan, nilai total perdagangan Indonesia dengan Iran cenderung terus meningkat sejak 2005 dan selalu surplus kecuali pada 2010. Selama Januari November 2010 perdagangan Indonesia tercatat mengalami defisit sebanyak 574 ribu dolar AS. Nilai total perdagangan Indonesia dan Iran tahun 2009 tercatat sebanyak 863,2 juta dolar AS dan selama Januari-November 2010 sebanyak 1,05 miliar dolar AS. Defisit yang dialami dalam proses perdagangan Indonesia-Iran disebabkan karena Iran yang pada saat itu menerima sanksi dari PBB, diembargo secara ekonomi oleh Amerika Serikat. Hal ini akhirnya mempersulit Iran untuk melakukan hubungan dagang dengan Indonesia terutama dalam hal pengekporan Minyak untuk Indonesia yang berdampak pada pengurangan total dagang Indonesia-Iran. Bukan hanya itu, karena embargo ekonomi tersebut, Iran mengalami inflasi sehingga mau tidak mau, harga barang melonjak hingga 22%
Rincian total perdagangan antara Indonesia dan Iran adalah: US$259,32 juta (2004), US$368,76 juta (2005), US$404,40 juta (2006), US$553,09 juta (2007) dan US$975,31 juta (2008). Untuk tahun 2008, total perdagangan mencapai US$975,31 juta atau naik 35,7% dibandingkan tahun 2007 yang tercatat sebesar US$553,09 juta. Pada tahun 2008, nilai ekspor Indonesia ke Iran mencapai US$697,37 juta sedangkan nilai impor Indonesia dari Iran adalah US$277,94 juta. Sementara itu untuk tahun 2009, antara Januari – April, total perdagangan tercatat US$206,61 juta. Dan pada April 2010 nilai perdagangan kedua negara yang mencapai US$900 juta.

Sosial Budaya dan Pariwisata

Seperti kita ketahui bersama bahwa Indonesia memiliki kesamaan dalam bidang kebudayaan yang khususnya bukan hanya keagamaan namun juga bahasa. Kesamaan bahasa ini muncul akibat kerjasama perdagangan yang dulu Persia dan Sriwijaya lakukan. Saat ini, kurang lebih 400 kosakata Indonesia memiliki kesamaan dengan kosakata Iran. Hal ini juga yang mempererat hubungan kerjasama Indonesia.
Kerjasama dalam bidang sosial budaya ditunjukan dengan adanya persetujuan di bidang Kebudayaan (1971) dan Memorandum Saling Pengertian di bidang Pariwisata (2002) serta Pengaturan Program Pertukaran Kebudayaan untuk tahun 2006-2008 yang telah diperpanjang untuk periode 2009-2011. Kerjasama di bidang ini memiliki potensi yang sangat baik mengingat baik Indonesia dan Iran merupakan negeri yang kaya akan sejarah dan kebudayaan sehingga dapat saling bekerjasama.
Kerjasama Indonesia-Iran dalam bidang budaya terus terjalin dengan baik. Hal ini terbukti dari terselenggaranya peringatan 60 Tahun Hubungan Indonesia-Iran di Museum Nasional Jakarta pada tanggal 27 hingga 28 April 2010 di Museum Nasional. Acara itu dimeriahkan dengan penyelenggaraan Seminar Internasional dengan judul “Historical Culture Relations between Indonesia – Iran” dengan tema “Culture, Civilization, Literature, and Arts; Religy, Philosophy, Sufism, Trade, and Shipping in Historical Ralations; and History of Diplomatic and Politic Relations”
Di bidang olahraga dan pemuda kedua negara telah menandatangani Memorandum Saling Pengertian masing-masing pada tahun 2006 dan 2008 dimana para pihak sepakat untuk mengembangkan kerjasama yang saling menguntungkan. Pada kerjasama bidang olahraga disepakati, antara lain, pertukaran kunjungan wasit dan pelatih olahraga Pencaksilat dan Zurkhaneh yang merupakan olahraga tradisional masing-masing negara. 
Kerjasama pun tidak hanya berpusat pada pemerintah, mahasiswa pun melakukan hubungan baik secara nyata dengan Iran. Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif  Hidayatullah Jakarta, bekerja sama dengan Kedutaan Besar   Iran menyelenggarakan Festival Seni Budaya Pemuda Muslim Iran-Indonesia sebagai upaya meningkatkan hubungan kebudayaan dan pendidikan kedua negara.
Pada Maret 2010 UIN dan Sooreh University Tehran menandatangani lima pasal utama MoU yaitu:  yaitu pertukaran dosen, pertukaran mahasiswa, pelaksanaan`workshop`, pelaksanaan konferensi, internasional, dan pelaksanaan program MA dan doktor. Hal ini berarti masyarakat Indonesia maupun Iran dapat saling mengenal dan memperkenalkan budaya masing-masing negara.


 Kesimpulan

Indonesia yang memiliki motto Zero Enemy Thousand Friends” mengaplikasikannya dengan menjalin hubungan bilateral yang baik dengan berbagai negara, salah satunya adalah Iran. Hubungan bilateral antara kedua Negara yang dilandasi kesamaan dalam hal kebudayaan ternyata mampu mempererat keduabelah pihak. Tidak dapat dipungkiri bahwa kerjasama yang terjalin telah memberikan keuntungan, baik dalam bidang politik, ekonomi, dan sosial budaya sehingga kebutuhan masyarakat dalam negeri dapat terpenuhi, walaupun pada kenyataannya , dinamika memang tidak dapat dihindari. 









[1] http://www.mhidayatnurwahid.com/bksap/bksap_detail/1/gksb
separador

0 komentar:

Posting Komentar

Followers